BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa hal penting mengenai Senyawa Kompleks
Titrasi kompleksometri merupakan salah satu dari metode
dalam Analisis Volumetri, dimana memanfaatkan reaksi kompleks antara ligand
dengan ion logam utamanya, yang umumnya dipakai yaitu EDTA ( disodium
ethylendiamintetraasetat/ tritiplex/ komplekson, dll). Titrasi kompleksometri
termasuk ke dalam reaksi metatetik, karena dalam titrasinya hanya terjadi
pergantian atau pertukaran antara ion-ion dan tidak terjadi perubahan bilangan
oksidasi (biloks). Dalam titrasi kompleksometri, terjadi pembentukan kompleks
yang stabil.
Ikatan dalam senyawa
kompleks
Ikatan antara Ag+ dengan N pada [Ag(NH3)2]+
adalah ikatan kovalen, hanya sepasang electron yang dipakai bersama dari atom
N. Ikatan semacam ini disebut ikatan koordinat kovalen. Ion Ag bersifat
akseptor elektron sedangkan N disebut donor elektron. Donor elektron biasanya
atom N, O, Cl.
Ion logam dan ligand
Ion logam dalam senyawa kompleks disebut inti logam,
sedangkan partikel donor elektronnya disebut ligand.
Jumlah ligand yang dapat diikat oleh suatu ion logam disebut
bilangan koordinasi. Besarnya bilangan koordinasi biasanya berkisar pada 2, 4,
6, dan 8. Umumnya 4 atau 6.
Bilangan koordinat 4 dijumpai pada ion:
Be2+, Zn2+, Cd2+, Hg2+,
Pt2+, Pd2+, B3+, dan Al3+
Bilangan koordinat 6 dijumpai pada ion:
Fe2+, Co2+, Ni2+, Al3+,
Co3+, Fe3+, Cr3+, Tr3+, Sn4+,
Pb4+, Pt4+, dan Tr4+
Beberapa jenis
senyawa Kompleks
Ada 2 jenis ligand dilihat dari jumlah atom donor di
dalamnya :
1) Ligand monodentat : terdapat 1 atom
di dalamnya
2) Lignand polidentat : terdapat lebih
dari 1 atom donor di dalamnya
Dentat=gigi
Ligand polidentat disebut golongan pengkelat yang
berasal dari kata Yunani “Chele” yang berarti cakar, hal ini dikarenakan
dalam membentuk senyawa kompleks, lignand tersebut mencekram atom logam dengan
sangat kuat. Senyawaannya disebut kompleks khelat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah pekembangan
Kimia
tentang senyawa-senyawa kompleks, relative belum lama. Senyawa kompleks yang
mula-mula didapatkan agaknya biru prusia: KCN.Fe(CN)2.Fe(CN)3.
Senyawa ini didapatkan oleh pembuatan zat warna Diesbach di Berlin pad awal
abad ke-18. Sejak itu telah banyak dibuat senyawa-senyawa kompleks, seperti K4[Fe(CN)6]
pada tahun 1753, kobalt ammine pada tahun 1798, [Fe(CO)5 pada tahun
1891, flalosianin pada tahun 1926, siklopentadienil pada tahun 1951.
Awal
dari kimia koordinasi biasanya dianggap sejak ditemukannya heksamminekobalt (III) klorida, CoCl3.6NH3
oleh Tassaert pada tahun 1798. Dia mendapatkan bila larutan Co(II) klorida
ditambahkan lrutan NH3 dan dibiarkan semalam, akan terbantuk Kristal_kristal
CoCl3.6NH3 yang
warnanya orange.
Dia
dan ahli lain tidak dapat menjelaskan, apa sebabnya dua senyawa diatas, yang
masing-masing sudah jenuh valensinya dapat saling berikatan membentuk senyawa
yang baru. Jawaban tentang ahli itu baru diketemukan kira-kira seratus
kemudian. Sejak itu memang telah banyak senyawa-senyawa sejenis dibuat dan
diselidiki, beberapa teori telah diajukan , namun teori-teori ini tidak dapat
dapt menjelaskan hasil-hasil percobaan.
Pembuatan
dari kompleks-kompleks logam biasanya dilakukan dengan mereaksikan garam-garam
dengan molekul-molekul ion-ion tertentu. Penelitian-penelitin pertama selalu
memakai amoniak dan zat yang terjadi disebut logam ammiene. Kemudian ternyata,
bahwa anion-anion seperti CN-, NO2, NCS-, dan
Cl- juga membentuk kompleks dengan logam-logam. Kompleks-kompleks
berikut diberi nama sesuai dengan penemunya.
Kompleks
|
Nama
|
Rumus
sekarang
|
Cr(SCN)3.NH4SCN.2NH3
|
Garam reinecke
|
NH4[Cr(NH3)2(NCS)2]
|
PtCl2.2NH3
|
Garam magnus hujau
|
[Pt(NH3)4][PtCl4]
|
Co(NO2).KNO2.2NH3
|
Garam Erdmann
|
K[Co(NH3)2(NO2)4]
|
PtCl2.KCl.C2H4
|
Garam Zeise
|
K[PtC2H4)Cl3]
|
Feeny
pada tahun 1851-1852 memberi nama senyawa-senyawa kompleks berdasarkan
warnanya. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa klorammine dari kobalt(III) dan
krom(III) dengan jumlah amoniak sama, mempunyai warna hamper sama. Namun
demikian hal ini kemudian tidak menjadi dasar lagi, seperti terlihat pada
lrCl3.6H2O yang diberi nama luteoridium klorida, yang warnanya tidak
kuning tetapi putih.
Baik
kompleks klorammine konbalt(III) ataupun krom(III), kecuali warnanya berbeda,
reaktivitas dari klor yand ada juga berbeda. Penambahan larutan perak nitrat
kepada larutan yang baru dubuat dari CoCl3.6NH3 ternyata
dapat mengendapkan ketiga ion Cl- yang ada.
Untuk
senyawa CoCl3.5NH3 ternyata hanya dapat diendapkandua
pertiganya, ion Cl- ketiga baru diendapkan pada saat yang lama.
Hasil-hasil percobaan ini terdapat pada table berikut
TABEL
I
NAMA
SENYAWA BERDASARKAN WARNA
Kompleks
|
Warna
|
Nama
|
Rumus
sekarang
|
CoCl3. 6NH3
|
kuning
|
Luteokobaltik klorida
|
[Co(NH3)6]Cl3
|
CoCl3. 5NH3
|
Ungu
|
Purpureokpobaltik klorida
|
[Co(NH3)5Cl]Cl2
|
CoCl3. 4NH3
|
Hijau
|
Praseokobaltik klorida
|
Trans-[Co(NH3)4Cl2]Cl
|
CoCl3. 4NH3.H2O
|
violet
|
Violeokobaltik klorida
|
Cis-[Co(NH3)4Cl2]Cl
|
CoCl3. 5NH3.H2O
|
merah
|
Moseokobaltik klorida
|
[Co(NH3)5H2O]Cl3
|
IrCl3.6NH3
|
putih
|
Luteoridium klorida
|
[Ir(NH3)6]Cl3
|
Dari
percobaan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga Cl dalam CoCl3.6NH3
dan IrCl3.3NH3 mempunyai kedudukan yang sama, sedang
dalam CoCl3.5NH3 dan CoCl3.4NH3 ada
dua jenis klor. Atom klor yang pertama seperti dalam garam dan mudah diendapkan
dengan perak nitrat, sedang atom klor yang kedua sangat kuat diikat tidak diendapkan.
TABEL II
JUMLAH
Cl- YANG DIENDAPKAN SEBAGAI AgCl
kompleks
|
Jumlah
ion Cl terendap
|
Rumus
sekarang
|
CoCl3.
6NH3
|
3
|
[Co(NH3)6]3+,
3Cl-
|
CoCl3.
5NH3
|
2
|
[Co(NH3)5Cl]2+
2Cl-
|
CoCl3.
4NH3
|
1
|
[Co(NH3)4Cl2]+
2Cl-
|
IrCl3.
3NH3
|
0
|
[Ir(NH3)Cl3
|
TABEL III
DAYA
HANTAR MOLAR KOMPLEKS PLATINA(IV)
kompleks
|
Daya
hantar molar(olm-1)
|
Jumlah
ion
|
Rumus
sekarang
|
PtCl4. 6NH3
|
523
|
5
|
[Pt(NH3)4+,
4Cl-
|
PtCl4. 5NH3
|
404
|
4
|
[Pt(NH3)5Cl]3+,
3 Cl-
|
PtCl4. 4NH3
|
229
|
3
|
[Pt(NH3)4Cl2]2+,
2Cl-
|
PtCl4. 3NH3
|
97
|
2
|
[Pt(NH3)3Cl3]+,
Cl-
|
PtCl4. 2NH3
|
0
|
0
|
[Pt(NH3)2Cl4]
|
PtCl4. NH3.
KCl
|
109
|
2
|
K+, [Pt(NH3)Cl5]-
|
PtCl4. 2KCl
|
156
|
3
|
2K+, [PtCl6]2-
|
Percobaan
lain yang dapat dipakai untuk menetapkan jumlah ion dalam senyawa kompleks
ialah percobaan dayan hantar listrik dalam larutan.
Daya
hantar listrik berbanding lurus dengan jumlah ion dalam larutan. Dengan
membandingkan daya hantar listrik seperti dalam table III, dapat ditentukan
jumlah ion yang ada dalam senyawa kompleks.
Bila
hasil-hasil dalam table III diatas digambarkan dalam grafik, diperoleh gambar
seperti pada gambar berukut:
CoCl3.4NH3
ada dua jenis, hijau dan violet, keduanya mempunyai sifat fisika dan kimia yang
berbeda. PtCl2.2NH3 juga ada dua jenis, yaitu bentuk α
dan β yang keduanya berbeda kelarutan dan sifat kimianya.
Teori-teoti
tentang senyawa kompleks harus dapat menerangkan kenyataan-kenyataan diatas.
Sebelum Werner telah dapat bertahan lama beberapa puluh tahun.
2.2. Teori rantai Blomstrand-Jorgensen.
Dalam
tahun 1850-1870 timbul persoalan tentang struktur dari senyawa-senyawa
kompleks. Pada saat itu ahli-ahli kimia organik mendapatkan bahwa atom karbon
selalu mempunyai valensi empat dan senyawa-senyawa organic mempunyai struktuk
rantai.
CH3(CH2)3Cl
strukturnya CH3-CH2-CH2-CH2-Cl
Atas
dasar ini Blomstrand(Sweden, 1869) mengajukan teori rantai untuk struktur
kompleks logam. Karena tiap-tiap unsur
mempunyai valensi yang tetap, maka Blomstrand dan Jorgensen mengatakan
bahwa dalam kompleks kobalt(III) hanya ada tiga ikatan. Dengan ini maka dapat
digambarkan struktur dari kompleks-kompleks:
CoCl3.6NH3;
CoCl3.5NH3; CoCl3.4NH3; dan CoCl3.3NH3
sebagai struktur I, II, III, IV.
Atom-atom
Cl yang teriokat langsung pada atom kobalt sukar lepas sedang yang tidak
terikat langsung mudah dilepaskan, hingga dengan mudah dapat diendapkan dengan
larutan perak nitrat. Hasil-hasil untuk struktur I, II, dan III cocok dengan
teori, hanya Jorgensen tidak berhasil membuat senyawa IV. Namun demikian dia
dapat membuat senyawa IrCl3.3NH3 yang tidak menghantar
arus listrik dan tidak memberikan endapan dengan larutan perak nitrat.
2.3. Teori koordinasi Werner.
Alfred
Werner yang kemudian menjadi professor kimia di Zuriah dan mendapatkan hadiah
nobel pada tahun 1913, telah bekerja kurang lebih 30 tahun(1891-1920) untuk
menyelediki senyawa-senyawa kompleks. Pada tahun 1891-1893 ia memberikan teori
tentang senyawa-senyawa kompleks yang sekarang terkenal sebagai senyawa
koordinasi. Tiga postulat terpenting dari teorinya adalah:
a. Kebanyakan
unsure mempunyai dua jenis valensi, yaitu:
1. Valensi
primer(---), ynag sekarang disebut elektrovalensi atau bilangan oksidasi.
2. Valensi
sekunder(-), yang sekarang disebut kovalensi atau bilangan koordinasi.
b. Tiap-tiap
unsur berkehendak untuk menjenuhkan baik valensi primernya atau valensi
sekundernya.
c. Valensi
sekunder diarahkan pada kududukan tertentu didalam ruang.
Menurut
Werner, seri pertama dari kobalt(III) ammine CoCl3.6NH3
mempunyai struktur V dan rumusnya dituliskan sebagai: [Co(NH3)6]Cl3.
Valensi primer atau bilangan dari kobalt(III) adalah 3 dan ini dijenuhkan oleh
tiga ion Cl-. Valensi sekunder atau bilangan koordinasi kobalt(III)
adalah 6. Bilangan koordinasi adalah jumlah atom atau molekul yang terikat
langsung pada atom logam.
Amoniak
yang diikat dengan valensi sekunder disebut ligand. Jadi ligand adalah molekul
atau ion yang diikat secara langsung oleh logam, dikatakan ligand-ligand ini
ada dalam daerah koordinasi.
Dalam senyawa CoCl3.6NH3
atau [Co(NH3)6]Cl3, yang berfungsi sebagai
ligand ialah NH3 sedangkan Cl ada diluar daerah koordinasi. Dalam
larutan zat ini terion menjadi empat ion dan tiga ion Cl- yang ada
mudah diendapkan dengan larutan perak nitrat(Arrhenius).
[Co(NH3)6]Cl3 [Co(NH3)6]3+
+ 3 Cl-
Dalam senyawa CoCl5.5NH3,
jumlah amoniak hanya ada 5 buah, hingga atom klor mempunyai dua fungsi, yaitu
ikut menjenuhkan valensi sekunder dan primer. Hal ini dalam struktur IV
dinyatakan dengan dua garis ikatan --- . atom klor ini ada dalam daerah
koordinasi, hingga rumusnya dituliskan sebagai [Co(NH3)5Cl]Cl2.
Ionisasi ini menghasilkan tiga ion:
[Co(NH3)Cl]Cl2 [Co(NH3)5Cl]2+
+ 2Cl-
Dua senyawa dalam seri diatas mempunyai
rumus: [Co(NH3)4Cl2]Cl dan [Co(NH3)3Cl3]
yang strukturnya digambarkan sebagai VII dan VIII.
Senyawa [Co(NH3)4Cl2]
Cl dapat terion, tetapi [Co(NH3)3 3Cl3] tidak
terion:
[Co(NH3)4Cl2]Cl [Co(NH3)4Cl2]+
+ Cl-
[Co(NH3)3
Cl3] X
Setelah diketemukan senyawa-senyawa
jenis [MIII(NH3)3Cl3] yang ternyata tidak
terion dalam larutan, maka tentang teori-teori rumus diatas benar. Teori rantai
untuk rumus [Co(NH3)3 Cl3] yang dinyatakan
sebagai rumus IV ternyata salah, sebab disini ada kemungkinan satu klor terion.
Sebelum didapatkan sinar X, struktur
dari molekul-molekul ditetapkan dengan jalan membandingkan isomer-isomer yang
dikenal dengan struktur yang mungkin, yang diperoleh secara teori. Dengan cara
ini dapat ditetapkan bahwa beberapa struktur tertentu tidak benar dan struktur
tertentu benar karena sesuai dengan hasil percobaan.
Hal ini juga dipergunakan oleh Werner
untuk menetapkan struktur kompleks dengan 6 bilangan koordinasi. Cara ini
berpangkal pada anggapan bahwa ligand-ligand pada system ini mempunyai jarak
sama dari atom pusat. Struktur yang mungkin adalah planar segienam, trigonal
prisma dan octahedral. Isomer-isomer yang mungkin dari struktur teori
dibandingkan dengan isomer-isomer menurut hasil percobaan. Dari table IV jelas
terlihat, bahwa struktur yang cocok untuk system diatas adalah octahedral.
TABEL IV
STRUKTUR SYSTEM 6 BILANGAN
KOORDINASI DAN ISOMER-ISOMER YANG DIKENAL
Kompleks
|
Isomer
dikenal
|
Planar
|
Trigonal
prisma
|
Oktahedral
|
MA5B
|
satu
|
satu
|
satu
|
Satu
|
MA4B2
|
dua
|
Tiga(1,2; 1,3; 1,4)
|
Tiga (1,2; 1,4; 1,6)
|
Dua (1,2; 1,6)
|
MA3B3
|
dua
|
Tiga (1,2,3; 1,2,4; 1,3,5)
|
Tiga (1,2,3; 1,2,4; 1,2,6)
|
Dua (1,2,3; 1,2,6)
|
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pembuatan
dari kompleks-kompleks logam biasanya dilakukan dengan mereaksikan garam-garam
dengan molekul-molekul ion-ion tertentu. Penelitian-penelitin pertama selalu
memakai amoniak dan zat yang terjadi disebut logam ammiene. Kemudian ternyata,
bahwa anion-anion seperti CN-, NO2, NCS-, dan
Cl- juga membentuk kompleks dengan logam-logam. Kompleks-kompleks
berikut diberi nama sesuai dengan penemunya.
Ada dua teori tengtang
sejarah perkembangan senyawa kompleks yaitu teori rantai Blomstrand-Jorgensen
dan teori koordinasi Werner.
3.2. Saran
Untuk menambah wawasan tentang sejarah
perkembangan senyawa kompleks, untuk makalah selanjutnya cantumkan sejarah
tengtang kemajuan senyawa kompleks yang ter-update.
DAFTAR PUSTAKA
·
http:// Beberapa hal penting mengenai
Senyawa Kompleks _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia _.htm
·
Sukarjo. 1985. kimia koordinasi. Jakarta; PT Bina Aksara, hal. 3-12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar